Monday, July 8, 2013

Pilot Asiana yang Nahas Masih Belajar  

Pilot Asiana yang Nahas Masih Belajar  

TEMPO.CO, San Francisco -- Pilot pesawat Asiana Airlines, yang jatuh di San Francisco akhir pekan lalu, Lee Kang-kuk, 43 tahun, tercatat masih menjalani pelatihan menerbangkan pesawat jenis Boeing 777. Meski sudah mengantongi ribuan jam terbang, dia baru 43 jam menerbangkan Boeing 777.

"Lee masih menjalani latihan menerbangkan Boeing 777, tapi didampingi kopilot berpengalaman," demikian pernyataan maskapai penerbangan Asiana Airlines kemarin.

Lee memulai kariernya di Asiana Air sebagai pegawai magang sejak 1994. Kini Lee telah membukukan 9.793 jam terbang. Sedangkan kopilotnya, Lee Jeong-min, dari 12.387 jam terbangnya, sudah 3.220 jam terbang ia bukukan bersama Boeing 777.

Pesawat Boeing 777 yang dioperasikan Asiana Air jatuh saat hendak mendarat di Bandara Internasional San Francisco, Amerika Serikat, Sabtu lalu waktu setempat. Ini kecelakaan fatal pertama maskapai terbesar kedua Korea Selatan tersebut sejak kecelakaan pada Juni 1993. Saat itu pesawat Boeing 737 Asiana menabrak sebuah gunung di Korea Selatan dan menewaskan 68 orang. Ini

Kepala Biro Kebijakan Penerbangan Korea Selatan, Choi Jeong-ho, menegaskan bahwa pihaknya belum bisa memastikan apakah kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pilot. "Bisa dipastikan setelah semua data terkait kecelakaan dikumpulkan dan dianalisis," katanya. Dia menyatakan Asiana Airlines telah mengikuti semua peraturan internasional terkait dengan pelatihan pilot.

Menurut CEO Asiana Airlines, Yoon Young-doo, kedua pilot sudah berpengalaman, tapi tidak tertutup kemungkinan faktor kelalaian manusia menjadi penyebab. Dia juga membantah kemungkinan kerusakan mesin sebagai penyebab kecelakaan. Pesawat yang jatuh itu dibeli pada 2006 dan sudah menjalani perawatan kebocoran oli mesin bulan lalu. Dalam jumpa pers di Seoul, kemarin, Yoon meminta maaf atas kecelakaan tersebut seraya membungkuk.

Ketua Dewan Keamanan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat Deborah Hersman juga menyatakan pihaknya tidak terburu-buru menentukan kecelakaan ini karena kelalaian pilot atau memang ada kesalahan mekanis. Dia hanya memastikan tidak ada bukti masalah dalam penerbangan tersebut hingga tujuh detik menjelang jatuh.

Pesawat itu tercatat terbang dengan kecepatan rendah saat mendekati landas pacu. Berdasarkan informasi dari rekaman suara kokpit dan data penerbangan, Hersman menjelaskan, saat itu ada permintaan untuk meningkatkan kecepatan sekitar dua detik sebelum kecelakaan. Pilot menjawab "ingin berkeliling" dan tidak mendarat.

Selanjutnya, pesawat yang mengangkut 307 penumpang itu mendarat darurat dan terbakar. Pesawat diduga menghantam permukaan laut sehingga ekornya terlepas. Penumpang dan kru kemudian menyelamatkan diri dengan menggunakan seluncur darurat ketika badan pesawat mulai dimakan api. Sejauh ini jumlah korban tewas dua orang, yakni dua pelajar putri berusia 16 tahun dari Cina timur.

Namun, tersiar kabar bahwa korban justru tewas tertabrak kendaraan penyelamat di lokasi kecelakaan. "Salah satu jenazah memperlihatkan luka-luka yang biasa terjadi seperti tertabrak kendaraan," kata juru bicara Departemen Pemadam Kebakaran, Mindy Talmadge. Menurut saksi mata, suasana setelah kecelakaan memang kacau. Otoritas Kesehatan San Francisco kemarin melakukan otopsi untuk menentukan penyebab kematian keduanya.

Adapun 181 orang dirawat di San Francisco General Hospital karena cedera. Dari jumlah itu, 49 berada dalam kondisi serius dan lima orang dalam kondisi kritis.

BBC | REUTERS | HARUN MAHBUB

Berita Terpopuler Lainnya:

Berhenti Merokok dengan Sangkar Burung 

Dua Korban Kecelakaan Pesawat Asiana Bersahabat 

El Baradei Ditolak, Presiden Mesir Pilih Pengacara

Brasil Minta Penjelasan AS Soal Penyadapan  

 


anda membaca berita Internasional Pilot Asiana yang Nahas Masih Belajar   yang bersumber dari

No comments:

Post a Comment