Saturday, July 6, 2013

Kehamilan Bocah 11 Tahun Memicu Perdebatan Aborsi di Cile

Kehamilan Bocah 11 Tahun Memicu Perdebatan Aborsi di Cile

TEMPO.CO, Santiago - Kasus seorang gadis berusia 11 tahun yang hamil setelah diperkosa di Cili oleh kekasih ibunya telah memicu perdebatan nasional tentang aborsi. Salah satu negara yang paling konservatif di Amerika Latin itu selama ini ketat melarang praktik aborsi.

Publik Cili meradang setelah televisi pemerintah melaporkan bahwa gadis itu tengah hamil 14 minggu akibat diperkosa berulang kali selama dua tahun. Polisi di kota terpencil Puerto Montt menangkap sang pelaku yang juga teman kencan ibunya.

Dokter mengatakan, kehidupan gadis itu dan janin yang dikandungnya beresiko tinggi. Akan tetapi, di Cili, mengakhiri kehamilan adalah ilegal.

Cili pernah memperbolehkan aborsi dengan alasan medis, hingga aturan ini dilarang pada tahun 1973 oleh diktator Jenderal Augusto Pinochet. Saat ini, pemerintah konservatif Presiden Sebastian Pinera menentang setiap upaya melonggarkan larangan itu.

Banyak warga Cili yang melampiaskan kemarahan pada media sosial. Beberapa memulai kampanye online untuk menuntut legalisasi aborsi dalam kasus pemerkosaan atau risiko kesehatan bagi ibu.

"Ketika saya mendengar tentang gadis kecil ini, reaksi pertama saya adalah untuk mendukung aborsi karena saya pikir itu adalah pilihan terbaik dalam kasus ini," kata Eduardo Hernandez, seorang desainer web berusia 30 tahun. "Ini adalah petisi online saya. Kita harus memiliki undang-undang. Saya berharap kasus ini berfungsi sebagai preseden untuk memiliki diskusi serius tentang aborsi," katanya.

Senat Cili menolak tiga RUU tahun lalu yang akan meringankan larangan mutlak pada aborsi. Salah satu RUU menyebutkan akan mengijinkan aborsi jika dua dokter mengatakan hal itu diperlukan karena risiko untuk kehidupan ibu atau alasan medis lainnya.

GUARDIAN | TRIP B

Topik terhangat:

Edisi Khusus | | | |


anda membaca berita Internasional Kehamilan Bocah 11 Tahun Memicu Perdebatan Aborsi di Cile yang bersumber dari

No comments:

Post a Comment